“Kapan menyusul?”
Aku menarik kedua ujung bibir, mengungkung
kata yang nyaris terucap. Jenuh rasanya mendengar pertanyaan itu.
Ia bangkit dan mendekat.
Jemari dengan cat kuku kuning terang itu menyentuh bahuku. “Aku dan Puput sudah
memesan kebaya.”
“Aku tahu,” sahutku cepat. Telingaku memanas dan kurasakan sesal tertimbun
dalam hati. Sejak awal, kami telah mengikat janji untuk berdiri bersama dan
membuat orangtua bahagia. “Ini hanya masalah waktu.”
Ia mengangguk dan mengarahkan
bola matanya pada HVS yang berserakan di atas meja. Keraguan kembali membuncah
di wajahnya. “Kamu tidak apa-apa, kan?”
“Tentu!”
Ia mengembuskan napas dan
memandangku. “Aku berharap kita bisa sama-sama.”
Kusunggingkan senyum kemudian melempar tanya, “Kamu tahu
siapa calon presiden kita?”
Alisnya tertaut menanggapi caraku untuk membuatnya berhenti
membahas toga yang akan diambilnya di fakultas.
*terinspirasi dari lagu Disguise, Lene Marlin.
"I am OK, I really am now...."
#KampusFiksi #FiksiLaguku