Ni Putu Deanitha Rizki Awalia
(presentasi dalam bantuk power point download disini)
Pendidikan Ditinjau dari Filsafat
Progresivisme
A.
Pengertian ilmu pendidikan dan pendidikan secara umum
1. Pengertian
Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan terdiri dari 2 kata
yang mendasar yaitu ilmu pengetahuan dan pendidikan. Ilmu pengetahuan dapat
diartikan sebagai uraian yang lengkap dan tersusun tentang suatu objek (Sultan
Imam Barnadid, 1973). Ilmu pengetahuan dapat pula diartikan sebagai uraian yang
sistematis dan metodis tentang sesuatu hal atau masalah. (Amir Dare
Indrakusuma, 1973). Tidak jauh berbeda dari pengertian-pengertian sebelumnya,
H. M. Alisuf Sabri dalam buku Ilmu Pendidikan menjelaskan bahwa ilmu
pengetahuan adalah uraian yang lengkap, sistematis dan metodis tentang sesuatu
objek ataupun masalah.
Dalam buku yang sama, beliau juga
menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk
membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak atau peserta didik
secara teratur dan sistematis. Dengan
demikian ilmu pendidikan dapat diartikan sebagai uraian masalah secara sistematis
dan metodis. Ini berarti ilmu pengetahuan yang ilmiah yang tidak perlu lagi
diragukan keberadaannya karena sudah memiliki kriteria persyaratan ilmu
pengetahuan yang ilmiah yaitu memiliki objek, metode dan sistematika yang jelas
dan pasti.
Definisi yang terpenting:
- Meningkatkan
pengetahuan, pengertian, kesadaran, dan
toleransi
- Meningkatkan
questioning skills dan kemampuan menganalisakan sesuatu termasuk pendidikannya
- Meningkatkan
kedewasaan individu
- Untuk
perkembangan Negara, diperlukan pendidikan yang menghargai kreativitas dan
individual thinking supaya negara dapat membuat sesuatu yang baru dan lebih baik, dan
tidak hanya meng-copy dari negara lain.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu
pendidikan adalah uraian yang sistematis dan metodis tentang suatu hal guna
meningkatkan aspek-aspek kemampuan di dalam diri individu yang selanjutnya
dapat memberikan dampak yang posiif bagi bangsa.
2.
Pengertian
Pendidikan secara umum
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik
(mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian :
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan,
cara mendidik
Ada beberapa pendapat pakar mengenai
defnisi pendidikan, diantaranya:
a. Prof.
Lodge: the word of education is used sometimes in a
wider, sometimes in a narrower, sense. In the wider sense, all experience is
said to the ducative.
Perkataan
pendidikan terkadang dipakai dalam pengertian yang lebih luas, terkadang dalam
arti yang lebih sempit. Dalam arti luas, semua pengalaman dapat diktakan
sebagai pendidikan.
b. Carter
V. Good: (1) the art, practice, or profession of teaching.
(2) the systematized learning of
instruction concerning principles and mehods of teaching and of student control
and guidance; largely replaced by the term education.
(1)seni, praktik,
atau profesi sebagai pengajaran. (2) ilmu yang sistematis atau pengajaran yang
berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mangajar, pengawasan dan
bimbingan murid; dala arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.
c. Ki
Hajar Dewantara:
Pendidikan adalah
daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya untuk pendewasaan
rohani maupun jasmani dengan berinteraksi dengan alam dan lingkungan
sekitarnya. Pendidikan juga diharapkan dapat mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran dimana peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Selain
itu, pendidikan juga meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang
tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijaksanaan.
B. Pengertian Pendidikan Ditinjau
Secara Klasik dan Modern
Pada abad ke-6, pendidikan klasik
dikatakan sebagai istilah liberal arts
oleh Cassiodorus, seorang pejabat Roma. Liberal arts, yang mengusung
kata liberal yang berarti membebaskan. Berdasarkan hal tersebut, pendidikan di bagi menjadi 2 cabang yaitu
a. trivium:
tiga tahap untuk meraih pengetahuan
·
gramatika,
atau pengetahuan kongkrit. Pada masa ini manusia belajar dengan menghapal.
·
Dialektika
pada tahap ini kita mulai membuat hubungan antara satu fakta dengan yang
lainnya
·
Retorika
adalah kemampuan berkomunikasi dan berekspresi.
b. quadrivium: adalah ilmu sebagai subjek seperti
yang dikenal sekarang.
·
Aritmatika
adalah ilmu yang mempelajari tentang angka pada dirinya sendiri.
·
Geometri
mempelajari tentang angka di dalam ruang.
·
Musik
mempelajari tentang angka di dalam waktu.
·
Dan
astronomi, yang sering dianggap sebagai ilmu tertinggi, adalah ilmu yang
mempelajari angka di dalam ruang dan waktu.
Seseorang yang dilahirkan dari
pendidikan klasik ini, setelah melalui jalan yang panjang, diharapkan memiliki
kemampuan sebagai penerus peradaban manusia dan membawa umat manusia ke masa
depan yang lebih baik.
Dewasa ini di dalam dunia pendidikan tengah ramai penggunaan
model-model pembelajaran dengan
pendekatan PAIKEM (Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Sehingga
pendidikan cara klasik dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan kondisi
jaman saat ini. Dengan demikian otomatis setiap elemen pendidikan termasuk
diharapkan dapat menyesuaikan dengan trend pendidikan
modern saat ini.
Harapan yang begitu tinggi terlebih lagi dengan penerapan
kurikulum yang dianggap paling mutakhir yaitu KTSP ternyata belum
cukup memberikan jawaban yang memuaskan bagi kondisi pendidikan di indonesia.
Problematika yang berkembang justru semakin kompleks dan terasa tiada ujungnya.
Secara garis besar perbedaan antara pendidikan modern dan klasik dapat
dicermati melalui tabel berikut:
No
|
Faktor Pembanding
|
|
Pendidikan Klasik
|
1
|
Pendidikan Moral
|
Penanaman Humanisme dengan cara Anti Kekerasan
|
Penanaman Humanisme dengan menggunakan Kekerasan dalam
taraf wajar.
|
2
|
|
Sebagai Motivator dan Fasilitator.
|
Pusat segala aktivitas pendidikan baik di lingkungan
sekolah maupun luar sekolah.
|
3
|
Penerapan Etika
|
Tergantung pada masing-masing individu peserta didik.
|
Wajib diterapkan di dalam maupun luar lingkungan
sekolah.
|
4
|
Punishment and Reward.
|
berupa himbauan dan apresiasi
sesuai dengan kompetensi peserta didik.
|
Berupa himbauan dan apresiasi
sesuai dengan kompetensi peserta didik.
|
|
|
|
|
C. Pendidikan sebagai Proses
Pemanusiaan Manusia
Manusia
memiliki eksistensi dimana keberadaaan manusia sebagai mahluk hidup yang
berbeda secara prinsipiil dan berbeda dengan hewan. Adanya sifat hakiki pada
manusia tersebut memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian rupa
sehingga derajatnya lebih tinggi daripada hewan dan sekaligus menguasai hewan.
Semua
sifat hakiki ini dapat dan harus ditumbuhkembangkan secara selaras dan
berimbang melalui pendidikan. Pendidikan sebagai proses pemanusiaan manusia
mengandung arti bahwa pendidikan memiliki peran dalam membentuk manusia
seutuhnya. Tidak hanya sekedar hadir di tengah-tengah masyarakat, namun mampu
memberikan pengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya. Untuk itu, terlebih
dahulu manusia pelu dibekali dengan kepribadiaan dan perilaku yang sesuai
dengan norma dan moral yang berlaku di tegah-tengah masyarakat.
Menurut Herbart setiap kurikulum itu
harus terbuka dan menyatu dengan setiap subyek didik sehingga dapat membantu
pembentukan kepribadiannya dari tidak beradab menuju kepada yang beradab (yang
manusia menuju yang manusiawi). Karena itu pendidikan bertujuan untuk membangun
setiap subyek didik dengan memperkenalkan ide-ide secara jelas, terseleksi,
menarik dan sesuai kurikulum sehingga subyek didik dapat berkreasi atas dasar
ide tersebut untuk menghasilkan ide baru dan diaplikasikan dalam kehidupannya.
Pendidikan sebagai proses pemanusiaan
manusia itu dapat membuat setiap orang
memahami dengan baik makna hidup dimana untuk selanjutnya diharapkan mampu
mengaplikasikannya ke dalam lingkungan sesuai dengan norma-norma yang ada di
dalam masyarakat.
Manusia yang mengalami proses
pendidikan adalah makhluk yang individu dan sosial. Mereka adalah individu yang
otonom dalam kebersamaan dengan yang lain. Maka dari itu pendidikan mengemban
tugas besar yakni, menuntun, membimbing dan menyadarkan manusia sebagai pribadi
yang otonom dalam menentuikan diri sendiri serentak pula mengantar setiap
individu menjadi makhluk sosial yang bisa hidup harmonis bersama orang lain.
Apabila peran pendidikan ini dapat berlangsung dengan baik, maka akan muncul
manusia-manusia yang dapat menempatkan dirinya di tengah-tengah masyarakat,
melakoni kehidupannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
D. Pentingnya Pendidikan bagi
Manusia
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia dan merupakan
pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat. Meskipun seringkali
hasil dari pendidikan tidak tanpak dengan segera, peran pendidikan sangat
penting bagi kehidupan manusia. Ha l ini diperkuat oleh seruan UNESCO, badan
PBB yang menangani bidang pendidikan kepada seluruh bangsa-bangsa di
dunia yang meyatakan apabila ingin membangun dan berusaha memperbaiki keadaan
seluruh bangsa, maka haruslah dari pendidikan, sebab pendidikan adalah kunci
menuju perbaikan terhadap peradaban. Oleh karena itu UNESCO merumuskan bahwa
pendidikan itu adalah:
1. Learning how to think (Belajar bagaimana berpikir)
2. Learning how to do (Belajar bagaimana melakukan)
3. Learning how to be (Belajar bagaimana menjadi)
4. Learning how to learn (Belajar bagaimana belajar)
5. Learning how to live together (Belajar bagaimana
hidup bersama)
Dengan demikian, pendidikan tidaklah
sekedar proses mentrasfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), namun lebih
menekankan pada tujuan pendidikan sesungguhnya, yaitu menciptakan pribadi yang memiliki
sikap dan kepribadian yang positif. Sikap dan kepribadian yang positif
antara lain:
- Memiliki
dan bangga berkompetensi, yakni memiliki Ilmu pengetahuan
- Bangga
berdisiplin
- Tahan
mental menghadapi kesulitan hidup
- Jujur
dan dapat dipercaya (memiliki karakter yang baik dan integritas yang baik
atau suka bekerjasama dalam tim)
- Memiliki
pola pikir yang rasional dan ilmiah
- Bangga
bertanggung jawab
- Terbiasa
bekerja keras
- Mengutamakan
kepedulian terhadap sesamanya
- Mengutamakan
berdiskusi dari pada berdebat (not conflict but consensus)
- Hormat
pada aturan
- Menghormati
hak-hak orang lain
- Memiliki
moral dan etika yang baik
- Mencintai
pekerjaan
- Suka
menabung
Pendidikan
memegang peranan yang sangat penting. Melalui pendidikan yang baik, maka akan
muncul individu-individu yang berkualitas yang mampu bersaing dalam berbagai
bidang di era globalisasi ini. Untuk mewaujudkan hal ini tentu diharapkan kerja
sama yang baik dari semua pihak, terutama insane-insan pendidikan yang ada.
E. Pendidikan ditinjau dari
Filsafat Progresivisme
1. Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat
Pendidikan adalah filsafat yang menyelidiki hakekat pelaksanaan pedidikan yang
bersangkutan dengan tujuan, latar belakang, cara dan hasilnya serta hakekat
ilmu pendidikan yang bersangkut paut dengan analisis kritis terhadap struktur
dan kegunaannya.
Salah satu dari
filsafat pendidikan tersebut adalah progresivisme. Progresivisme yang lahir sekitar
abad ke-20 merupakan filsafat yang bermuara pada aliran filsafat pragmatisme
yang diperkenalkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859- 1952),
yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup praktis. Filsafat
progressivisme dipengaruhi oleh ide-ide dasar filsafat pragmatisme dimana telah
memberikan konsep dasar dengan azas yang utama yaitu manusia dalam hidupnya
untuk tetap survive terhadap semua tantangan, harus pragmatis memandang sesuatu
dari segi manfaatnya.
Pengertian yang
paling mendasar dan menjadi ciri dari dilsafat ini adalah progress yang berarti
maju. Progresivisme mengutamakan pengertiannya ke masa depan dengan memandang
bahwa kemajuan yang telah dicapai oleh manusia dewasa ini karena kemampuan
manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu-ilmu yang meliputi ilmu-ilmu social
budaya maupun Ilmu Pengetahuan Alam. (Imam Barnadib, 1996). Dengan kata lain,
manusia akan mengalami perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya berdasarkan pemikiran.
2.Prinsip Teori
Pendidikan berdasarkan Filsafat Progresivisme
Progresivisme
mengembangankan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa prinsip,
antara lain:
a) Anak
harus bebas untuk dapat berkembang
secara wajar.
b) Pengalaman
langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.
c) Guru
harus menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
d) Sekolah
progresif harus merupakan suatu laboratorium untuk melakukan reformasi
pendagogis dan eksperimentasi.
Aliran filsafat progresivisme telah
memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan dengan meletakkan
dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan
kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan
kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang
dibuat oleh orang lain.
Oleh karena itu filsafat progressivisme
tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan
mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang
gembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya kreasi baik secara
fisik maupun psikis anak didik.
Untuk itu pendidikan sebagai alat untuk
situasi yang edukatif yang pada akhimya akan dapat memberikan warna dan corak
dari output (keluaran) yang dihasilkan sehingga keluaran yang dihasilkan (anak
didik) adalah manusia-manusia yang berkualitas unggul, berkompetitif, insiatif,
adaptif dan kreatif sanggup menjawab tantangan zamannya.
Selain kemajuan
atau progres, lingkungan dan pengalaman mendapatkan perhatian yang cukup dari
progresivisme. Untuk itu filsafat progresivisme menunjukkan dengan konsep
dasarnya, sejenis kurikulum dimana program pengajarannya dapat mempengaruhi
proses pembelajaran baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan
sekolah.
Sekolah yang
baik dapat memberi jaminan kepada para siswanya selama belajar, mampu membantu
dan menolong siswanya untuk tumbuh dan berkembang serta memberi keleluasaan
tempat untuk para siswanya dalam mengembangkan bakat dan minatnya melalui
bimbingan guru dan tanggung jawab kepala sekolah. Kurikulum dikatakan baik
apabila bersifat fleksibel dan eksperimental (pengalaman) dan memiliki
keuntungan-keuntungan untuk diperiksa setiap saat.
Jenis kurikulum
yang bersifat luwes (fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan
dibentuk sesuai dengan zamannya. Kurikulum harus dapat mewadahi aspirasi anak,
orang tua serta masyarakat. Maka kurikulum yang edukatif dan eksperimental
dapat memenuhi tuntutan itu.
Kurikulum
dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas manusia
dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek. Untuk itu
ia memerlukan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan demi kelestarian
hidupnya. Hidupnya bukan hanya untuk kelestarian pertumbuhan saja, akan tetapi
juga untuk perkembangan pribadinya. Oleh karena itu manusia harus belajar dari
pengalaman.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa progressivisme
mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia
itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang
menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Aliran Progressivisme
mengakui dan berusaha mengembangakan asas Progressivisme dalam semua realitas,
terutama dalam kehidupan adalah tetap bertahan terhadap tantangan hidup
manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya dan
menghindari pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman
dahulu maupun pada zaman sekarang.
Barnadib, Imam.
1996. Dasar-dasar Kependidikan.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Mudyaharjo, Radja.
2004. Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu
Pengantar. Bandung: PT Raharja Rosdakarya
Muhadjir, Noeng.
1999. Ilmu Pendidikan dan Perubahan
Sosial. Yogyakarta: Reka Serasih
Subri, Alisuf. 1999.
Ilmu Pendidikan. Jakarta: CV Pedoman
Ilmu
Tim Dosen FIP-IKIP
Malang. 2003. Pengantar Dasar-Dasar
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Tirtarahaja, Umar
dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Vaizey, John. 1978. Pendidikan di Dunia Modern. Jakarta: PT
Gunung Agung