Sahabatku, L dan Pelayanannya
Aku memiliki seorang sahabat dekat. Kemanapun dan dimanapun kami selalu bersama. Aku dan dia sebaya. Meskipun demikian, kadang aku manggil dia “mbak’” karena kedewasaannya yang melebihi remaja seusia kami. Di lain waktu, aku manggil dia “dik” karena sifatnya yang seringkali terlihat seperti anak-anak. Dia terlihat seperti memiliki dua sisi yang berbeda. Ada juga yang bilang dia “bunglon”, dapat berubah sewaktu-waktu.
Suatu ketika, dia bercerita padaku tentang seseorang yang dia suka. What a surprise! Akhirnya dia mau membahas hal ini juga, biasanya dia cuek bebek kalau soal ini. Sebagai sahabat, sahabat yang selalu ada untuknya, sudah pasti aku harus mendengarkan curhatnya kali ini. Terungkaplah bahwa dia telah menyukai seseorang sejak lama. Sejak hampir 6 tahun yang lalu. Ini sebenarnya yang membuatnya tidak pernah membicarakan soal pacar, pasangan hidup or whatever yang berhubungan dekat dengan kata-kata kunci tersebut diatas.
Aku sempat mengerutkan dahi ketika mendengar awal mula perasaannya muncul. Bisakah menyukai seseorang hanya dalam waktu yang singkat? Dia dan laki-laki yang disukainya (selanjutnya dalam tulisan ini, laki-laki itu akan disebut “L”) tidak berada dalam satu wilayah yang sama, tidak pernah berada dalam satu sekolah yang sama, apalagi pergi bersama. Tidak pernah! Pokoknya mereka tidak sering ketemu. Hanya sesekali di tempat-tempat umum atau sekedar papasan di jalan. Dalam setahun, mungkin dia hanya bisa melihat laki-laki itu sekali atau dua kali, bahkan mungkin tidak melihatnya sama sekali. Lalu kenapa bisa muncul perasaan itu? Aku tidak mengerti mengapa dia bisa mencintai dengan begitu tulus dan sungguh-sungguh dalam kondisi yang demikian.
Kemudian aku, sebagai sahabat terdekatnya, berusaha memberikan sedikit masukan untuknya. Aku yakin, siapa pun yang mengetahui kisahnya akan memberikan nasehat yang sama untuknya. Aku bilang ke dia, untuk memilih; ingin tetap mencintainya dan mengungkapkan perasaannya ke L, atau melupakan cintanya itu kemudian membuka hatinya untuk laki-laki lain. Tapi ternyata, dia tidak memilih kedua-duanya.
Dia bukan tipe wanita yang mudah mengungkapkan perasaannya. Dia juga bukan tipe wanita yang mudah untuk melupakan perasaannya. Karena itu dia tidak bisa memilih keduanya. Aku berusaha mengerti kondisinya, meskipun aku sedikit kesal, karena dengan ini dia terkesan sedang menyakiti dirinya sendiri. Menyimpan perasaan yang demikian selama bertahun-tahun bukankah akan terasa sangat sakit? Aku merasakannya, saat dia merasa sakit, aku pun merasakan sakit hati. Itulah mengapa aku dan dia disebut “sahabat”.
Dia juga bilang padaku bahwa dia ingin L dapat mengetahui perasaannya. Dia juga berharap bisa bersama dengan L. Sering juga dia membayangkan masa-masa indah yang dapat mereka lalui jika bersama. Suatu kali, terlintas dalam benaknya untuk memanfaatkan apa yang dia punya untuk menarik perhatian L. Sahabatku ini cukup aktif dalam pelayanan di Gereja. Itu sebabnya dia ingin menarik perhatiaan L dengan meng’expose dirinya. Mulai muncul keinginan agar orang-orang mengaguminya, hingga ia dibicarakan orang-orang, namanya dikenal luas dan L mungkin saja bisa mendengar tentang hal itu. Dia ingin “terkenal”.
Hampir saja dia menjalankan rencananya ini, dia tertegur oleh Firman Tuhan yang didengarnya dalam satu ibadah. Selama ini, dia percaya bahwa Tuhan akan memberikannya yang terbaik. Namun, secara tidak langsung dia meragukan rencana Tuhan. Dia menjadi tidak sabar, susah mengendalikan keinginannya dan berpikir bahwa semua bisa dilakukannya seorang diri, tanpa campur tangan Tuhan. Dia lupa bahwa semua berasal dari Tuhan.
Dia akhirnya merenungkan kembali strategi yang nyaris dijalankannya. Benarkah jika demikian motivasi pelayanan yang dia miliki? Talenta yang ada padanya adalah anugerah dari Tuhan. Tidak layak dia memegahkan diri dan mencari kepuasan pribadinya semata. Sungguh dia merasa sangat bersyukur dengan teguran itu.
Kini, dia terus berusaha mengesampingkan motivasi-motivasi yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Dia yakin, Tuhan sanggup melakukan segala sesuatunya. Jika Tuhan memang berkenan dia bersama L, Tuhan pasti senantiasa menolongnya, entah nanti L akan mengetahui perasaannya, atau dia dapat melupakan perasaannya pada L dan berada bersama orang yang Tuhan pilihkan. Dia percaya semua indah pada waktu-Nya.
Aku bersyukur bisa ikut terlibat dalam pergumulan sahabatku ini. Semoga kisah sahabatku ini bisa mengingatkan kita semua tentang motivasi yang ada dalam diri kita dalam pelayanan. Tuhan memberkati
Nb: Dear sahabatku, terimakasih untuk membagikan ini padaku. Percayalah Tuhan mengasihi kita semua dan akan memberikan yang terbaik. Semua indah pada waktuNya.
Thanks for your comment and invitation.... I've visited your blog. :)
ReplyDeleteI've been there... Thank you for sharing it to me... God bless you...
ReplyDelete